Anger Philosophy

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Toronto, golongan manusia yang paling sering dikuasai kemarahan adalah : anak-anak muda, anak kecil dan mereka yang berpendidikan rendah. Tekanan ekonomi, tekanan waktu dan konflik dengan rekan sekerja adalah 3 hal yang memicu kemarahan orang-orang berumur di bawah 30 tahun.

Ini merupakan potret sosial kemarahan warga di AS.  Bagaimana dengan di Indonesia ? Kita baru saja dikagetkan oleh berita tentang ‘Sidang Kentut’ di tivi, seorang tetangga melukai tetangganya sendiri karena buang gas dan akhirnya berakhir di pengadilan. Oknum polisi yang memaku kaki dan tangan seorang pemuda di Gorontalo dan tragisnya belakangan diketahui pemuda ini korban salah tangkap. Seorang ayah yang tega menggilas kaki bayinya sendiri di rel kereta api karena marah pada istrinya. Seorang anggota DPR dan pengacara kondang yang hampir adu jotos di salah satu acara televisi berdebat soal kasus kpk. Belum lagi cerita lama soal anggota dpr ricuh di ruang sidang.

Nampaknya di negeri ini kemarahan melanda hampir di semua golongan masyarakat, kadang pemicunya bukan lagi masalah ekonomi, tekanan waktu atau konflik dengan rekan kerja seperti di AS.

Bukankah sebagai perempuan, kita sering marah pada hair stylist kita kalau rambut kita dipotong ‘kependekan’, ‘ketipisan’, layer-nya kurang rapi, highlightnya gak kelihatan, dll. Bahkan gara-gara kita salah pilih warna lipstik bisa bete selama berhari-hari.

Selain 3 faktor diatas, menurut saya mengapa manusia marah secara berlebihan karena kita tidak mengerti.

‘Sidang Kentut’  di atas terjadi karena tetangga yang menganiayanya tidak mengerti bahwa mungkin saja tetangganya ini semalam suntuk ronda di kampung akibatnya keesokkan harinya masuk angin dan terpaksa buang gas ‘sembarangan’.

Oknum polisi : Bukankah tidak perlu kebijaksanaan dan pengertian untuk melakukan kekerasan fisik terhadap seseorang ?

Seorang ayah yang tega menggilas kaki anaknya karena marah kepada istrinya tidak mengerti, tidak tahu dan tidak sadar siapakah dirinya. Manusia yang mengerti siapa dirinya akan mengerti siapakah orang lain sehingga mengerti cara memperlakukan orang lain. Seorang Guru pernah berkata : lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin orang lain lakukan padamu. Sebaliknya jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan padamu.

Para Pejabat dan anggota dpr yang suka marah-marah tidak mengerti bahwa jabatannya/profesinya memiliki tanggung jawab moral dan etika kepada masyarakat sehingga mereka berperilaku tidak berwibawa dan tidak terhormat.

Kita pun perempuan yang ngomel-ngomel berminggu-minggu karena potong rambut kependekan atau salah pilih warna lipstik tidak mengerti bahwa masa depan kita tidak ditentukan semata-mata oleh panjang pendeknya rambut kita atau warna lipstik kita.

Wise Quote :

“Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi orang bodoh membiarkan amarahnya meledak. Karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar. “